“Kak
bayarnya pakai QRIS saja apakah bisa?” tanya salah satu konsumen di salah satu
pusat perbelanjaan
“Kak, pengajuan auto debit
reksadana bisa lewat mbangking kah? Jadi saya tidak perlu datang ke Bank” ketik
salah satu netizen di kolom media social perusahan perbankan.
Siapa yang sering mendengar
atau membaca beberapa kalimat di atas?
Saat ini penggunaan social
media oleh sebagian masyarakat Indonesia sebagai tempat untuk bertanya mengenai
informasi, bukanlah hal aneh. Begitupun dengan metode pembayaran QRIS yang ada
di beberapa aplikasi keuangan pun makin merajalela di masyarakat, karena mudah,
cepat, dan hanya diperlukan 1 gadget seukuran tangan untuk bisa melakukan
transaksi apapun dan dimanapun.
Tidinae Kinda, salah satu
Senior Economist di Asia and Pacific Department – IMF, menyajikan data di tahun
2018 yang menunjukan kondisi masyarakat Indonesia yang berada dalam momentum
digital. Yakni sudah ada pergeseran pola pikir masyarakat yang sebelumnya
berbelanja di toko menjadi belanja di ecommerce, pembayaran menggunakan uang
kertas menjadi e money, atau transfer ataupun transaksi keuangan di BANK
menjadi transaksi via Mobile Bangking.
Sumber : https://www.imf.org/external/lang/indonesian/np/blog/2018/022618i.pdf |
DIGITAL SAVVY
Savvy, dalam Bahasa Inggris
artinya kecerdasan. Digital savvy adalah sebutan untuk seseorang yang paham dan
tahu cara menggunakan media digital, baik dalam mencari informasi, memecahkan
masalah, dan menjalankan beberapa aktivitas kehidupan mereka secara online.
Apabila dulu penggunaan media digital hanya sebatas pencarian google, maka
sekarang sudah merambah mulai dari pusat informasi pekerjaan freelance,
hingga sistem transaksi keuangan bisa dilakukan pencarian dengan kekuatan
jempol.
Jumlah para digital savvy
di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup pesat di tahun 2021 masa pandemic
COVID 19. Studi yang dilakukan oleh BTPN di tahun 2021 menunjukan bahwa adanya
perubahan perilaku adaptasi finansial para digital savvy, seperti perubahan
penggunaan transfer dari ATM ke mobile bangking, dsb. Bisa jadi adaptasi
perilaku muncul karena dirasa lebih ringkas, dan efisien secara waktu maupun
biaya.
Kemudahan transaksi finansial yang dirasakan oleh para digital
savvy juga dapat dapat memicu mereka dalam membelanjakan dana yang dimiliki.
Karena hanya dengan melihat e commerce, atau iklan di social
media, mereka dapat melakukan transaksi dalam hitungan menit. Sehingga hal ini
perlu diimbangi dengan literasi keuangan agar mereka bisa menggunakan dana
keuangan dengan bijak.
LITERASI KEUANGAN UNTUK MASYARAKAT DIGITAL SAVVY
Literasi keuangan adalah pengetahuan yang memberikan keyakinan
kepada masyarakat mengenai berbagai macam produk dan jasa yang ditawarkan oleh Lembaga
keuangan untuk mencapai kondisi keuangan yang stabil. Tujuannya sudah pasti
untuk membantu masyarakat mengelola keuangan mereka dengan cerdas. Apabila jeli,
sebenarnya saat ini banyak aplikasi keuangan yang ditawarkan oleh Lembaga keuangan
ke para digital savvy untuk mengelola keuangan mereka. Beberapa aplikasi milik Lembaga
keuangan tersebut juga ada yang menawarkan pinjaman online. Sounds great ya ? Namun, apabila para digital savvy tidak melek
literasi keuangan bisa jadi kecanggihan dunia digital ini bisa membuat mereka pusing
tujuh keliling.
Berikut beberapa tips untuk para digital savvy dalam mengelola
keuangan :
1.
Buat list pengeluaran bulanan dan
tahunan.
- List pengeluaran bulanan misalnya untuk SPP anak, transpotasi harian, iuran RT, kebutuhan rumah tangga, atau apabila ada budgetnya bisa juga dianggarkan untuk jalan jalan bareng keluarga 1 bulan sekali.
- List pengeluaran tahunan misalnya iuran Semesteran sekolah anak dan Pajak Kendaraan Bermotor.
- Apabila kamu memiliki keinginan pembelian barang besar seperti tanah, rumah, mobil, emas batangan bisa juga dilist untuk dimasukan dalam budget bulanan.
2.
Bagi pendapatan sesuai dengan
kemampuan masing masing.
Pembagian ini bisa 50% untuk kebutuhan rumah
tangga, 30% untuk ditabung dan sisanya 20% untuk senang senang, seperti jalan
jalan atau makan diluar bersama keluarga.
3.
Tanamkan prinsip seperti yang pernah saya
dengar dari webinar keuangan Prita Ghozie, yakni SISIHKAN SEBAGIAN PENDAPATAN
UNTUK DITABUNG BUKAN DISISAKAN. Selain itu perlu juga untuk kamu para digital
savvy memiliki map financial journey.
4.
Apabila kamu termasuk dalam digital
savvy yang memiliki penghasilan berlebih, bisa juga mengalokasikan dana ke
dalam investasi. Bentuk investasinya sendiri bermacam macam, ada SBN Ritel,
reksadana, emas batangan.
5. Memanfaatkan beberapa fitur aplikasi
keuangan yang ditawarkan beberapa Lembaga keuangan.
Apa sajakah itu? Banyak sekali, tergantung jenis aplikasi keuangan yang digunakan.
Ada aplikasi yang menawarkan auto debit, pembelian reksa dana, ataupun
pembayaran zakat penghasilan, dsb.
Dengan menerapkan beberapa langkah diatas semoga dapat membantu kamu untuk lebih ketat dalam mengelola keuangan, karena dengan mengetahui apa saja kebutuhan kita, akan mempermudah kita untuk membuat map financial journey.
Jangan lupa
untuk selalu sediakan dana zakat dan membahagiakan keluarga, tidak perlu mewah
tapi cukup untuk membuat mereka tersenyum. Sebab kita bekerja untuk diri
sendiri dan keluarga bukan?
Good Luck para Digital Savvy !
SR = smart religionist 👍
ReplyDelete