Assalamualaikum
“Ma, tadi aku dibilang temen temen
kalo Aku pendek, kecil, hitam”
Ini
kira kira sudah laporan kesekian kalinya. Awalnya saya ga terlalu ambil pusing,
tapi lama kelamaan terganggu juga. Kenapa ga ambil pusing? Yang pertama karena
memang Akta belum terlalu tinggi secara badan, selain itu saya tekankan sama
Akta, kalau teman yang baik, dia ga akan melihat dari bentuk tubuh kamu, kamu
cari aja teman yang lain.
Selang
beberapa hari dia bilang “Aku di sekolah ga ada temen main, temen mainku cuman
si X aja. Karena cuman dia yang ga pernah olokin aku”
Nah… mulai bingung deh owe, wkwkwk
Selang
beberapa hari dapat cerita lagi, Akta dibilang temen di perumahan kalau dia ga
berguna pas diajak main bola, trus Akta emosi. Pas Akta emosi juga gitu, ucapannya ya Allah… rasanya
pengen disumpel kain aja mulutnya biar ga ngomong jelek jelek, tapi Alhamdulillah
ngomongnya ya di depan bunda, bukan di depan temennya. Padahal ya santai aja gitu lo kak kalau diece... balas pakai lawakan trus ajak main lagi.
Selang
beberapa hari kemudian ada aduan lagi dari Akta, bahwa dia paling pendek
diantara teman sekelasnya, bahkan teman sekelasnya yang dulu kelas 1 paling
kecil, sekarang mulai bergerak mengalahkan tinggi Akta. Lama lama bunda ngerasa
mulai ga beres, apakah anakku mengalami krisis PD dengan bentuk tubuhnya? Karena
merasa ga PD, jadi ngefek ke kesehariannya, jadi merembet kemana mana, ngerasa
semua temen ngejauhin dia, ngerasa semua orang lihat dia tuh kecil, lemah, dsb.
Jadinya kelebihan yang dia miliki langsung sirna gegara dia kurang tinggi?
Malamnya setelah anak anak tidur, iseng lah masukin tinggi badan dan TTL ke salah satu web di google untuk melihat kalau di KIA tuh ada di titik mana sih? Dan setelah itu muncul hasil mepet ke garis hitam, hiks, bunda langsung gemeteran, langsung screenshot dan kirim ke suami via WA, dan besoknya langsung bikin janji ke dokter tumbuh kembang.
Sebenarnya
saya dan suami sudah concern di tinggi anak anak sebelum tahun 2022, sejak Akta
umur 7 tahun, walaupun temennya masih banyak yang seukuran dia, saya juga sudah
konsul ke salah satu dokter tumbuh kembang di Jogja. Awal konsul tahun 2019 dan
dilanjut di tahun 2021, dari sana dokter menyatakan memang batas bawah tapi
masih normal. Masih tenang lah yaa, karena saya dan suami bukan termasuk orang
dengan tubuh yang tingginya besar. Jadi kami terima saja kalau anak anak ga
terlalu tinggi, tapi tetap kami pantau dengan usaha semaksimal mungkin dari
kami, intine lek ono cara iso gawe dukur, yo ta kerjake.
Senin malam, kami pergi ke dokter tumbuh kembang yang lain di Jogja, antriannya cukup panjang, dan bunda sudah bĂȘte banget sama pelayanan rumah sakitnya. Akta yang sudah didaftarkan seminggu sebelumnya kok ya bisaa namanya ga terdaftar, ya Allah… suami sudah pasrah liat muka bojone kesel, wkwkwkw. Sepanjang menunggu mung istighfar dan mengucap Robbi Habli Minassholihin sambil lihat wajahnya anak anak, setidaknya bunda paham, dalam posisi itu mau semarah apapun ga ada lagi yang bisa dilakukan selain nerimo dan (yang pasti sudah dilakukan) komplain ke mbak mbak CS nya, wkwkwk.
Alhamdulillah
akhirnya nama Cahayu dipanggil, akhirnya kami masuk dan bunda sampaikan, mau
konsul 2 anak an Kanzie dan Cahayu, dokternya berkenan dan happy nya adalah
dokternya super humble, ramah dan tegas. Walaupun antrian beliau banyak, tapi
beliau tetap mau care dengerin ceritaku, jadi berasa gak sia sia nunggu lama. Dari
obrolan tersebut, anak anak diukur lagi TB dan BB, kemudian saya dan suami
diukur lagi TB nya. Hasilnya di plot di grafik (kurva pertumbuhan WHO), dan
diperoleh data bahwa untuk anak anak termasuk normal, kurvanya naik (saya
sampaikan data tahun 2019 dan 2021 yang sudah dikonsulkan ke dokter
sebelumnya). Selain itu, karena kami berdua bukan termasuk yang tinggi banget,
jadi anak anak dengan ukuran tinggi saat ini sudah termasuk normal. Walau memang,
untuk Akta masih bisa naik lagi, tapi dokter menginfokan sepertinya Akta belum
melewati masa growth spurt, jadi belum yang melesat tingginya. Dan dicek juga
untuk kematangan seksualnya juga belum matang (belum ada jakun, rambut di
ketiak, maupun rambut di kemaluan). Kani pun begitu, Alhamdulillah normal
semua.
Yaa
gimana yaa, menerima kondisi anak tidak terlalu tinggi apabila ortunya sendiri
ga tinggi, itu hal yang wajar dan perlu loh. Tapi apabila kita bisa dan mampu
untuk mengajak anak konsul ke dokter, membiarkan dia tahu jawaban dari dokter,
apakah dia masih bisa tinggi, kenapa dia belum tinggi, bagaimana caranya
merangsang pertumbuhan tinggi, insya Allah bikin dia semangat. Selain itu biar
dia tau, ini loo ayah bunda tuh juga sudah care sama kamu dari umur 7 tahun
sudah ta konsul in ke dokter, hehe… jadi kamu jangan patah semangat atau kecil
hati bila ada yang ejek kamu pendek, item, kecil ^^
Btw,
ternyata yang garis hitam pas di website, hasilnya ga terlalu akurat, karena
kita seharusnya juga mengukur TB kedua orang tua, dan diplot di kurva
pertumbuhan, jadi jelas anak anak masih bisa tumbuh maksimal sampai angka
sekian dan sekian.
Begitu
bund
Menulis
ini di blog lebih melegakan, menjauhkan dari khalayak lingkungan bunda yang
lebih banyak bersocmed dengan video dan tulisan singkat, hehe. Ga terlalu
banyak yang memberikan saran, bersimpati, atau apa yaa, hehe.
Saya dan papinya anak-anak termasuk orang jangkung, dan ini jadi beban berat buat anak-anak saya, terutama si sulung yang badannya udahlah kurus, nggak terlalu tinggi pula.
ReplyDeleteDia juga sering mengeluh di usir teman-teman ketika main bola, sedih sih.
Tapi saya minta si Kakak untuk lebih sering olahraga dan makan sehat yang cukup sih, istrahat cukup, dan katakan sama temannya kalau dia nggak suka diperlakukan nggak adil, kalau masih digitukan, maknya protes ke sekolah aja, hahaha.