Assalamualaikum
Semoga yang membaca blog ini diberikan kesehatan selama pandemic berlangsung ya, Aamiin
Hampir 2 tahun pandemic covid berjalan di muka bumi, dan sudah 2 kali pula selama lebaran kami tidak mudik, baik ke Malang maupun Mojokerto. Kalau tahun 2020 lalu, setelah solat ied di perumahan selesai, kami sekeluarga langsung muter muter Jogjakarta naik mobil, jalanan sepi sekali tidak ada mobil antri lampu merah, bahkan Malioboro pun sepi. Tapi tahun 2021 berbeda, di malam takbiran pun jalanan sudah ramai, orang orang masih berjualan di pinggir jalan, toko baju masih ramai pembeli yang mau beli baju lebaran, hehe.
Makin kesini, tidak bisa dipungkiri orang makin santai dengan covid. Kalau dulu ada yang kena covid langsung dijauhi seolah olah virusnya membawa kematian. Tapi sekarang, Alhamdulillah berbeda, ada yang kena covid malah pada berlomba lomba memberi bantuan baik dari sisi pangan maupun support komunikasi. Hebat ya … saya kagum tapi juga sedih, angka covid bulan Juni bukannya turun tapi malah naik. Setelah lebaran bed di beberapa RS malah sudah mendekati titik kritis alias sudah nyaris habis ranjang untuk pasien covid, belum lagi mendengar kabar di Jakarta kalau covid makin merajalela.
Di perumahan kami malah ada klaster anak anak, hingga akhirnya minggu kemarin Akta dan Kani juga sudah mencicipi swab antigen. Reaksi? Jangan ditanya lagi pasti sudah takut banget. Dari rumah sudah kami wanti wanti kalau swab itu memang tidak sakit, tapi memang tidak nyaman. Si Kani sudah memastikan “ga akan didorong sampai ujung hidung kan?” kata dia sambil menyentuh titik antara kedua mata. Hehehe, tentu saja tidak nak…
Antrian pertama kami minta kak Akta dulu yang masuk. Dia sudah berkilah kenapa harus dia duluan, kenapa bukan adik? Alasan saya ya jelas… menenangkan Akta yang nantinya akan nangis justru lebih mudah daripada menenangkan Kani, hehehe. Tapi ayahnya bilang “Kamu laki laki, anak pertama, kakaknya Kani, ayo kasih contoh” dan pake ditambahi “Wong kamu lahir duluan kok” hehehe. Pesan saya ke Akta hanya 1 “plis kak, ga usah berlebihan”. Masih ingat di otak saya, proses pengambilan darah di laboratorium, Akta lari keluar gedung laboratorium karena takut jarum suntik, begitu alasannya. Apa saya terima alasan itu? ENGGAK ! saya tahu banget dia ga setakut itu, dia hanya meniru ekspresi di film upin ipin, dan ekspresi temannya saat di sekolah ada imunisasi. Efeknya ya sampai sekarang dia kalau urusan ke dokter dan jarum suntik jadi agak lebay, zzz
Butuh waktu hampir 5 menit buat merayu Akta untuk mau di swab, tapi bagi saya kayak 30 menit, wkwkwk. Anaknya kukuh takut dsb, tapi Alhamdulillah berhasil, malah setelah swab dia cengar cengir dan bilang “ternyata memang ga sakit, cuman ga nyaman aja”, dan saya kasih hadiah youtube 10 menit karena bersedia swab, hahaha.
Antrian kedua dek Kani yang masuk ke ruangan, lancar, mulus, sampai akhirnya ujung alat swab masuk ke hidungnya, dia tiba tiba teriak nangis . Ya Allah… kirain Kani bakal muluusss, ternyata malah lebih lama merayu daripada Akta, sampai saya bilang “ini ga sampai 10 detik dek”, dan ditimpali ayahnya “5 detik aja bunda!”. Akhirnya dia mau tapi pakai dipangku bunda, tangan saya pegang dan benerrr ajaib ga sampai hitungan ke 5, proses swab sudah selesai, dan air mata Kani pun hilang. Saya bilang ayahnya “nangis strategi kuwi, lha itu air matanya ajaib tiba tiba hilang” dan ayahnya nyengir. Hadiah buat Kani apa? Tentu saja youtube 10 menit juga, wkwkwk.
Alhamdulillah hasilnya negative semua, saya bilang ke anak anak
“nak, covid itu dari Allah. Sakit itu dari Allah. Ini buat pelajaran ya… kalau kalian masih suka main keluar, ga ikut peraturan ayah bunda di rumah. Apabila ada yang kena covid lagi, ya kalian swab lagi. Sudah tahu ga nyaman nya swab kan? Alhamdulillah sekarang dikasih Allah sehat, ini berarti harus dijaga, minta tolong ya ngikutin peraturan ayah bunda”
“iyaaa bundaaa” jawab mereka berdua
Trus ditimpali adek “Ma, youtubeku kurang berapa menit?”
❤❤❤ duh dek... untung sayang, wkwkw, bunda sudah ngomong serius ditimpali begitu ❤❤❤
Info lokasi swab antigen di Jogja :
Klinik An Nur
Alamat : Ruko Tandan Raya C6-C7 Ringroad, Sorowajan, Banguntapan, Kec. Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55198
Biaya Rp 175.000,-
0 komentar:
Post a Comment
Biar aku bisa jalan jalan ke blogmu, silahkan tinggalkan komen di postingan ini yah