Assalamualaikum,
Jumat
kemarin, saya dan suami ikut acara Matapena oleh Abah Ihsan, jadi matapena ini
adalah semacam kajian parenting (PSPA tepatnya) yang pesertanya adalah alumni
PSPA Abah Ihsan (link langsung ke IG). Nah, mumpung pas saya dan suami di acc cutinya, kami berdua
sepakat meluncur bareng ketemuan di Semarang (saya dari Jogja, dan suami dari
Kuningan – maklum kami LDR-), dan anak anak ikut saya, sembari menunggu di
fasilitas daycare matapena selama acara berlangsung.
Foto dari panitia |
Matapena
ini mengangkat tema tentang gadget untuk anak. Ada 3 point penting yang perlu diterapkan
ketika kita memberikan gadget ke anak, apa saja? Kalau kata abah ihsan, ada 3D
antara lain, dibutuhkan, didampingi, dan
dipinjamkan.
Sebelum
dijabarkan, sebelumnya perlu digarisbawahi gadget disini adalah smartphone (hp) yah
Dibutuhkan
Kalau
untuk sekelas anak sebelum 17 tahun, kebutuhan akan gadget sebenarnya untuk apa
sih? Ngobrol dengan teman sekolah, mengerjakan tugas, main game, atau untuk
sekedar punya? Saat acara kemarin, jawabannya banyak banget, ada yang untuk
mengerjakan tugas, ngobrol dengan guru atau teman sekolah, sebagai cermin buat
ngaca LOL, pengingat adzan (weleh...), malah anak abah sendiri minta dibelikan
hp biar bisa murojaah setiap hari (hihi, masya Allah), ada juga yang menjawab
sebagai alat pencari informasi aka google, atau sekedar cari ojek online.
Betul
semuanya ? ya betul dong, jaman sekarang semua sudah dibungkus 1 paket, di alat
yang namanya smartphone, makanya smart bukan fool J
Balik
lagi ke masalah anak, apakah mereka butuh?
Aku
butuh buat komunikasi sama temen à bisa pakai hp ayah bunda
Aku
butuh buat telepon ayah (kalau LDR) à bisa pakai hp bunda
Aku
butuh buat foto à
ada kamera yang bisa dipakai kan
Aku
butuh buat bikin jadwal (time schedule)
à ada agenda yang bisa dipakai
Kalkulator?
à ya pake kalkulator
Al-Quran
? à bisa pakai MP3 atau gadget
yang memang buat baca tulis aja (yang ga ada support sinyal)
Tapi
aku butuh privasi à
di dalam keluarga ada privasi, tapi untuk hp akan ada masanya sendiri ketika
kamu butuh.
Ojek
online? à kalau ini lebih baik orangtua
yang pesenin buat anak. Ada peraturan di setiap ojol, pengguna aplikasi adalah
17 dan 21 tahun ke atas (jujur saya baru tahu loh saat abah bilang ini)
Untuk
main game? à
bisa pinjam ayah bunda
Untuk
youtube ? à bisa pinjam ayah bunda
Untuk
belajar à apakah ada media yang bisa
digunakan selain hp? Karena nanti pasti akan nagih minta main hp, dan bilangnya
mau belajar
Dan
kalau anak ditungguin ngelesnya, bakal banyak banget jawabannya.
Apapun
ngelesnya, jawabannya balik, apakah anak benar benar butuh? Dan balik lagi ke
keputusan orang tua yaa, dan intinya jadi orangtua jangan kehabisan VOCAB untuk
jawab pertanyaan anak
Didampingi
Didampingi
aka kepo ? hehe...
Tergantung
lihatnya dari sudut mana. Penjelasan singkatnya begini,
Kalau
anak kita mau bisa renang, apakah kita akan langsung bilang “Ok, kita cari
pelatih renang ya” atau “ok, kamu silahkan nyebur aja ke kolam” ?
Yakin
deh, orang tua dengan akal sehat akan pilih cari pelatih yang bisa ajari dia
cara berenang dengan aman
Ini
sama dengan
Ketika
kita fasilitasi anak dengan hp, dia akan memiliki akses tidak terbatas untuk
mengakses banyak hal di dunia ini. Sudah pakai youtuber kids? Kalau anaknya
sudah bisa ngetik atau bahkan cuman ngomong pake voice notes “cara membuka
blokir youtube kids, cara membuka blokir VPN” (modyar ra kowe lek VPN dibuka :P
LOL), ya berakhirlah proteksi orangtua di HP tersebut. Sudah kah kita kasih
panduan ke anak anak tentang bagaimana mengoperasikan hp dengan benar? Dengan aman?
Oleh
karena itu perlu didampingi selama pegang hp. Saya ada anak sepermainan Akta di
rumah yang dikasih waktu untuk pegang hp, di depan ortunya dia buka aman aman
saja, eh tapi kemudian saya dilapori Akta kalau anak itu buka video yang isinya
anak bayi (entah lupa dipukul, atau ditusukin) sampe luka, huhu, bahkan pas itu
Kani juga bilang ada adik bayinya... yah walalupun itu animasi, tapi kan ya ga
aman juga nonton begituan. Dan sampai sekarang saya belum berani bilang ke
orangtuanya, karena orangtuanya mental (masa bodo, yang menganggap anaknya
sudah dilindungi sedemikian rupa sehingga aman aman saja) kalau diingatkan
tentang anaknya, ga cuman saya, tetangga yang lain pun bingung ngomongnya
gimana, hiks.
Dipinjamkan
Dipinjamkan
saja hpnya sesuai kebutuhan anak. Butuh menanyakan tugas ke teman? Ya pinjamkan
saja whatsapp kita ke dia. Beberapa sekolah malah gurunya (masih SD lo)
membagikan tugas via whatsapp di grup kelas ke muridnya, ya pinjamkan saja no
hp kita masuk grup kelas anak, atau mereka butuh cari sesuatu di google, ya
pinjamkan hp saja, atau sekalian saja sediakan laptop/komputer yang diletakan
di tempat terbuka.
Untuk
games bagaimana? Kalau saya beda lagi, saya sudah uninstall semua games di hp,
wkwkw, dan dipindah ke hp kantor yang bisanya cuman main di kantor, wkwkwkw.
Di
rumah kami, mengikuti cara abah Ihsan, dikasih kesempatan youtube maupun games
berupa “waktu bermain” yang bersifat hadiah. Bukan dijadwal.
Yang
namanya hadiah, itu sewaktu waktu atau tidak terjadwal, tidak bisa diminta
maupun dipaksa. Jadi kalau saya pas baik, ya saya kasih hp “nih boleh liat
youtube” trus nanti mata Akta Kani berbinar binar kayak ga pernah dikasih
youtube, wkwkwkw. Maaf ya nak...
Kalau
mereka nagih? Ya diingatkan, bunda ga pernah kasih jadwal, kemarin kan dikasih
hadiah aja sama bunda.
Kalau
nangis? ya dinikmati wae, wkwkw, mau marah ya gpp, mau dipeluk ya gpp,
bunda/ibu/mom/emak juga bisa marah kok, ga bisa sempurna terus menerus... saya
bukan dalam konten mencontohkan bunda sempurna 100%, hehe... terserah kalian
baee
Nah,
3D itu saja sih inti dari matapena kemarin. Mau kasih anak hp boleh boleh aja,
apalagi sekarang hp juga murah, insya Allah dimampukan. Tapi sekali lagi dicek
Anak anak butuh ga?Butuhnya urgent banget ga?Masih bisa ga kalau hpnya numpang di kita?Dan kalaupun dikasih hp, aman ga buat anak anak?
Dan
apa sih peluang rugi buat kita kalau ga nurutin anak anak dikasih smartphone? Ruginya
adalah... anak anak akan rewel buibuuu (aarrghh... saya tau rasanya, KZL
memang, hehe), tapi ya ituu insya Allah akan rewel doang.
Ada
yang bilang saat MATAPENA kemarin, “Abah kalau anak ga dikasih hp, mereka jadi
kudet... nanti temennya bahas apa, dia malah ga nyambung, kasian”
Jawaban
Abah : se update apapun informasi yang ada di dunia ini, ga ada manusia yang bisa
menguasasi semua informasi. Dan semua informasi yang didapat itu harus dipilah,
mana yang benar dan mana yang salah. Kemudian, apapun bahasan yang dibahas oleh
teman teman anak, sebenarnya tergantung dengan anak kita temenan sama siapa sih
sebenarnya.
Misalnya
:
X
: eh tau ga game mobile legend ku udah
sampe level xxxx
Y
: aku gatau tentang mobile legend, aku ga punya hp buat mainannya
X
: yah kamu kudet , mainan sekarang aja gtw
Y
: kamu tau ga tentang bahasan Quran surat ABC yang bahas tentang DEF
X
: nakjfnafon kflnafoa......
Hehehe...
kenapa X dan Y ga nyambung? Ya karena mereka beda komunitas, beda bahasan, jadi
sebenarnya kita takut anak kita kudet tentang apa? Begitu kira kira...
penjabaran tulisan saya bisa dipahami ga ya? Takutnya salah persepsi dan bikin
salah paham.
Pernah
ga bunda kalah sama kemauan anak-anak tentang keinginan mereka main youtube ? Mungkin
pernah, kalaupun kalah, saya tawarkan ke mereka, mereka mau kasih apa ke saya. Saya
juga manusia biasa, yang bisa KZL liat anak nangis di tempat umum, tapi ya
gimana lagi... bismillah semoga dimudahkan. Atau kadang saya bilang, “yaa ini
bunda kasih hadiah bisa liat youtube xx menit karena tadi kakak/adik sudah xx. Tapi
besok enggak lagi yaa” . Dan lama kelamaan alhamdulillah anak anak bisa diajak
kerjasama kok, kalau sudah waktunya habis nanti mereka sukarela kasih hpnya,
dan bilang terimakasih ya ma... dan ini ga cuman 1-6 bulan, kayaknya buat Akta
ini karena kebiasaaan tahunan deh, hehhee, dan buat Kani, dia hanya akan meniru
kakaknya. Yang PEER banget, kalau lagi mudik, liat saudara nya main hp, wah
mulai deh crangky nya J
ada yang begitu juga? Hehe. Ya karena mereka main hp dijadwal, sedangkan anak
saya mainannya ga dijadwal jadi pasti akan selalu heboh tiap mudik. Haha...
nikmati bae bunddd
Tapi
bun, saya kasih hp biar anak anak anteng selama saya main sama temen saya. Gimana
dong ?
---
Sekali lagii, intinya 3D aja ^^ saya yakin ga ada orangtua yang mau anaknya
jatuh terperosok... saya ga bahas tentang efek negatif hp, atau anti sama
orangtua yang kasih anak nya hp. Tulisan ini hanya sebagai tips (dari PSPA yang
saya ikuti) dan pengingat saya tentang ketika kita kasih anak anak hp, sudahkah
3D terpenuhi, itu saja J Kalau
orangtua merasa aman, yasudah silahkan saja
Salam,
xoxo
Rachma
Wah, ini acara keren. Sebelum anak terjerumus dalam keasyikan bergadget ria, ortu mesti melakukan tindakan preventif. Tapi zaman now, beberapa ortu kadang merasa gengsi naik bila anak balita (bahkan batita) mereka piawai main gadget.
ReplyDelete