Awal bulan
Agustus, di salah satu grup whatsapp, ada penawaran seminar aka sharing tentang Montessori, dan yang
berbagi ilmu tidak lain tidak bukan mba Vidya yang heits di instagram (soalnya
saya tahunya dari Ig, Ig beliau @vidyadparamita) dan salah satu pengelola dari Harmony Montessori School Jakarta. Saya
bersemangat, langsung daftar dan bayar uang pendaftaran, meskipun belum tau
bisa datang atau tidak, hehe. Soalnya Kani juga baru lahir, dan saya ga
kebayang bawa 2 anak ke acara sharing (belum mampu handle sendiri). Alhamdulillahnya, ketakutan saya tentang tidak
bisa hadir tidak terbukti, hihi. Beberapa malam sebelumnya, saya sudah cerita
ke Akta, kalau saya mau seminar, seminar itu belajar, dan bunda hanya bawa dek
Kani. Awalnya dia menolak tidak mau ditinggal, mungkin karena selama hampir 4
tahun, Akta selalu saya ajak ke setiap acara yang saya ikuti. Dan ini adalah
kali pertamanya Akta saya tinggal di rumah, hehe, semangat kakak !!!
Langsung aja
sharing tentang materi mba Vidya yah. Kesan pertama ketemu langsung sama mba Vidya,
orangnya ramah sekali ^^ Alhamdulillah yaaa ada pendidik yang ramah seperti ini :) sebelum acara sharing
dimulai, beliau berkeliling ruangan untuk kenalan satu satu dengan para
peserta, termasuk dengan saya, basa basi sih tapi hangat dan menyenangkan.
Materi mba Vidya ga sepenuhnya saya catat, karena tangan kiri saya menggendong
Kani, dan tangan kanan untuk menulis, kalo tangan kiri pegel aka capek, jadi gendong Kani nya ganti pake tangan kanan, dan
kadang saya harus berdiri menjauh dari meja karena Kani minta diayun dan ganti
pempers ^^. Rempong yaang menyenangkan
Montessori, apa
itu Montessori? Montessori adalah nama seorang wanita dari Italy, Eropa. Beliau
adalah seorang wanita pertama yang bergelar doctor di Italy. Sebelum mengambil
pendidikan dokter, beliau sudah lebih dulu belajar tentang tekhnik dan tekhnik
mesin. Dan setelah mengambil pendidikan dokter, beliau juga masih mengambil
ilmu psikologi, dsb. Hebat yah… menurut saya yang mengambil peran menghebatkan
ibu Montesori ini adalah sang ayah, orangtuanya. Orangtuanya mendukung ibu
Montessori untuk belajar apapun, padahal di masa itu cita cita kebanyakan
perempuan adalah seorang guru, tapi Montessori beda, dia memilih untuk belajar
tekhnik dan dunia kedokteran. Lalu bagaimana perkenalannya dengan dunia anak
dan pendidikan? Katanya, saat dia sedang capek karena baru otopsi mayat di
rumah sakit, dia duduk di sebuah taman, dan seolah melihat ada seorang anak
yang tidur dipangkuan ibunya sambil memainkan sapu tangan berwarna merah. Dari
sana, ibu Montessori mulai tertarik dengan dunia anak, kenapa anak itu bisa
fokus sekali dan tertarik untuk memainkan sapu tangan itu. Dan seolah
semestakung (semesta mendukung), ibu Montessori ditugaskan di sebuah rumah
sakit yang rata rata anaknya autism (dan di masa itu dibilang gila, -mohon maaf
ya-) dan beliau semakin mendalami tentang dunia ini.
Menurut konsep
Montessori, usia anak ada yang namanya masa kepekaan (anak lebih banyak ingin
tahu dan lebih peka), masa ini dimulai dari 0-6 tahun. Kepekaan anak ada beberapa
jenis (sesuai catatan saya yaa, catatan seadanya) :
1. Kepekaan
terhadap keteraturan
Anak anak
cenderung memiliki kepekaan terhadap sesuatu yang teratur, oleh karena itu
sebaiknya sedari kecil dikenalkan dengan rutinitas. Dengan adanya rutinitas
sehari hari, anak akan bisa memperkiran akan yang terjadi selanjutnya, sehingga
bisa mengurangi perasaan tantrum. Selain itu, keteraturan disini maksudnya juga
jangan terlalu sering mengadakan perubahan, misalnya anggota keluarga, sekolah,
maupun lokasi rumah. Karena apabila terlalu banyak perubahan, anak akan merasa insecure.
2. Kepekaan
terhadap lingkungan
3. Kepekaan
terhadap benda kecil
4. kepekaan
terhadap pergerakan
Anak anak suka
dengan segala hal yang bergerak. Bahkan mereka juga cenderung tidak bisa diam,
ingin gerak kesana kemari ^^
5. kepekaan
terhadap bahasa.
Nah, kalau
kepekaan terhada bahasa maksudnya, anak bisa cepat belajar bahasa, tapi tidak
semua anak bisa disamakan. Misalnya, untuk anak A dia bisa 2 bahasa dan belajar
dengan cepat, tapi untuk anak B dia kalau diajarkan bersamaan 2 bahasa, malah
semakin bingung. Untuk bahasa ini juga, mba Vidya juga memberi saran, kalau
mengajak anak bicara gunakan bahasa yang jelas, bukannya “Ini balon warna red
ya” tetapi, “Ini balon warna merah”.
Perbedaan cara belajar anak VS orang dewasa
1. Penggunaan
Indra
Anak : ketika belajar menggunakan semua indra.
Misalnya, anak bermain pasir, dia menggunakan tangan (kulit, indra perasa),
kadang di cium (di bau menggunakan hidung, indra penciuman), dsb.
Dewasa : ketika
belajar, bisa menggunakan semua indra. Misalnya, saat kita mendengarkan
ceramah, kita bisa mendengarkan lewat headset saja (menggunakan indra
pendengar)
2. Proses VS
Hasil
Kalau anak,
mereka lebih memperhatikan proses, sedangkan orang dewasa maunya cepat selesai
dan yang terpenting hasilnya.
Misalnya, saat
mencuci piring, orang dewasaa akan fokus mencuci agar cepat bersih dan selesai.
Kalau anak, mereka akan main air dulu, meremas spons nya, bermain sabun, dsb.
*mirip Akta banget, hehe*
***
Jadi, kalau
dilihat memang Montessori ini membebaskan segalanya untuk anak, intinya follow the child, tetapi apakah benar
boleh? Mba Vidya mengingatkan, yang terpenting adalah AMAN. Selama AMAN, maka
boleh boleh saja dilakukan oleh anak, selain itu harus MEMPERHATIKAN NORMA
KEBAIKAN dan SOPAN SANTUN. Jadi segala aktivitas anak yang sudah melewati norma
tersebut, seperti berbicara tidak sopan, berteriak, marah marah, berkata jelek,
merugikan orang lain, maka harus di STOP.
Konsep dasar Montessori
:
1. Guru sebagai
fasilitator
2. Prepared Enviroment (persiapkan
lingkungan yang aman, bersih, dan mendukung anak untuk mengexplorasi
kemampuannya).
3. Ada aturan
yang jelas.
4. Follow the child
5. Material yang
digunakan adalah material sehari hari dan nyata. Nyata disini maksudnya seperti
piring kaca, gelas kaca (yang rata rata dipakai di kehidupan sehari hari), agar
anak tahu bahwa benda-benda tersebut tidak berbahaya apabila dipakai dengan
benar. Selain itu, bisa menambah kepercayaan diri mereka, bahwa mereka mampu
menggunakan barang barang seperti orang dewasa.
6. Meaningful Activity. Aktivitas yang
dilakukan bermakna, seperti mempelajari siklus kehidupan kupu-kupu, belajar
mengenai daratan dan lautan, dsb.
Dalam aktivitas Montessori,
saya sering melihat rata rata para anak menggunakan alas sebagai dasar saat
bermain, saya sih ikut ikutan saja kalo main kasih alas gitu, hihi, tapi
ternyata ini ada filosofinya. Filosofi pemakaian alas antara lain, untuk
memperkenalkan konsep area atau teritori mereka. Oiya, kami para peserta juga
ditunjukan sebuah video kegiatan di Harmoni Montessori School, saat di kelas,
mereka semua bermain dan belajar menggunakan alas. Ternyata, penggunaan alas
sebagai “area” tiap anak, bisa menumbuhkan rasa sopan santun, mereka akan minta
ijin dan tidak merebut mainan yang ada di area milik temannya, hebat yaa ^^
saya semakin suka dengan Montessori begitu melihat video ini.
Sebenarnya masih
banyak sekali ilmunya, tapi masih di pikiran. Kalau mau ditulis takut salah
karena ga ada contekan di kertas saya ^^ takut asbun (asal bunyi), hehe. Tetapi
ada satu hal lagi yang melekat di pikiran saya, mba Vidya bilang jangan takut
pakai kata belajar untuk anak anak. Beliau bilang, “siapa disini atau siapa
yang pernah lihat orang tua bilang gini : sshh… (red : baca dengan suara berbisik)
jangan bilang kalo dia mau belajar di sekolah, bilang aja mau main di sekolah. Nanti
kalo dibilangnya belajar, nanti dia ga mau”. Mendengar itu saya nyengir :P :P
iyaappp saya dan suami adalah salah satu dari sekian banyak orang yang berkata
begitu. Kata mba Vidya, kalau kita seperti itu, malah bikin kesan belajar adalah
hal yang menyebalkan, kenapa kita seperti itu? Mungkin masa lalu di sekolah
kita memang begitu, jadi termindset di pikiran kita, belajar adalah hal yang
tidak menyenangkan. Padahal, seharusnya kita memperkenalkan kepada anak bahwa
belajar itu menyenangkan, dan bikin nagih, makanya PEER banget buat kita para
orang tua, untuk mengenalkan kepada anak, bagaimana belajar itu menyenangkan
^^.
Semangat ayah dan bunda !!
Tfs mba,, bermanfaat banget. Saya juga pake konsep montessori di rumah ^_^ jadi nambah pengetahuan lg nih
ReplyDeleteAlhamdulillah mba :) semoga bermanfaat yaa. Sharing kegiatannya juga ya mba ^^
Deleteaaaah... senangnya baca ini... semangat mendidik anak ya mbak... aq juga menerapkan konsep montessori di rumah... baru tau kalo konsep alas itu ada filosofinya... kalo aq sih pake alas supaya mas #Asaboy tau area mana yang boleh dia berantakin, mana yang nggak... apalagi kalau lagi main tepung. hihi. thanks for sharing ya mbak.. mau banget nih infonya kl ada training seperti ini. 😘
ReplyDeleteAmin, semangat juga mbaa !!!
Deleteiyaa ternyata ada fisolofinya :D hehe, hal detil begitu ternyata ada maksudnya ^^
aku termasuk yg pgn bgt nyekolahin anak di montessori, kebetulan deket rumah ada.. tp mehong ya mak biayanya :D.. jdnya paling cuma nyontek bbrp ide cara pembelajarannya... diajarin sendiri di rumah :D..
ReplyDeletehihi, mahal memang mak :D
Deletetapi kemarin mba Vidya bilang juga, kalau ada beberapa type sekola,
1. sekolah yang memang menggunakan metode montesori (alat alatnya support)
2. sekolah yang labelnya montesori tapi saat prosesnya tidak menggunakan metode montesori
3. sekolah yang tidak berlabel montesori tapi prosesnya menggunakan montesori (biasanya krn sekolah belum mampu beli alat alatnya)
4. sekolah yang tidak berlabel montesori dan tidak menggunakan metode montesori
jadi, memang sebagai orang tua harus tau montesori itu apa, biar ga ngikut tren aja.
Semoga membantu ya mak, tapi nyontek ide pembelajarannya saya juga gituu,, wkwkwwk
Baru tahu dan baru dengar ttg montesori..makasih mak sharingnya..
ReplyDeleteDan memakai alas dan sling ijin.waah..pelajaran etika yg hebat untuk anak2 ..thanks alot
Sama sama mak ^^
Deleteiyaa pelajaran etika dari kecil :)
Selama ini ga tau montesori apaan, oh ternyata ini ya, saya dirumah jg pake konsep ini, anak dibiarkan bebas sebebas2nya dlm berekspresi
ReplyDeleteSebebas bebas nya dalam berekspresi, asal aturannya jelas, dan bermainnya memiliki tujuan :)
DeleteThanks pencerahannya. Karenanya namanya itu tak pikir dulu sekolah non-Islam lo. Ternyata bukan, ya.
ReplyDeletebukan mak ^^
Delete