Dulu,
di saat bulan pernikahan, (tepatnya lupa) sebelum atau setelah akad, papa
bilang begini sama saya “Sekarang kamu jadi istri, bukan tanggung jawab papa
lagi. Pesen papa, yang harus kamu pikirkan adalah bagaimana cara membahagiakan
suami, jangan berpikir untuk diri sendiri. Harus ngalah, turutin permintaan
suami, apalagi kalau untuk keluarganya.”
Jujur,
sempet terharu (dan sebel) saat papa ngomong seperti itu, hehehe. Terharu biruu
membayangkan (dan sekarang mau nangis, haha) gimana perasaannya ngomong begitu
sama anak pertamanya yang dirawat sejak kecil, dan kok bisa ngomong disuruh
ngalah sama keluarga sendiri, suruh mengutamakan keluarga barunya. Sebelnya ya
itu, kok ya nyuruh anaknya nyenengin keluarga orang lain, dibanding keluarga
sendiri. Sempit banget yaa otak pengantin baruku saat itu, sebenarnya saya
paham, saya harus bisa adil sama dua keluarga, tapi ga nyangka aja dapat pesan
dari papa begitu.
Dan
sekarang setelah 4 tahun menikah, dari awal pernikahan saya mencoba untuk
menerapkan ilmu dari papa. Pelan pelan berusaha ikhlas, ingetnya surga dan
senyumnya suami ^^. Mudah? Enggak, hehe, kadang juga nangis bawang, nangis
kunir, nangis sereh (LOL). Tapi saya yakin, insya allah nanti ada yang akan
saya tuai, insya allah baik dan bermanfaat. Dan pagi ini, saya dapat cerita
dari seorang teman dunia maya di whatsapp, ceritanya tentang mengalahlah dalam rumah tangga. Bismillah…